Sabtu, 16 Juni 2012

Sepucuk surat si kecil

Bissmillahirrahmanirrahim.
Assalamualaikum..
Ayah , Ibu… mungkin aku tak pandai berkata-kata indah dan menyejukkan didepanmu.
Aku juga tak bisa menyayangimu seperti dahulu kau menyayangiku dan kakak-kakakku.
Tapi aku hanya ingin mengucapkan Terimakasih sudah mengasuh dan membesarkanku sampai aku menjadi seperti sekarang ini.
Aku semakin mengerti begitu teramat berat engkau mengasuh , mendidik dan membesarkanku agar aku kelak menjadi anak yang Soleha dan berguna seperti harapan orangtua kebanyakan.

Maafkan jika aku bahkan tak sempat menanyakan kabar kalian setiap hari nya.
Atau aku terlalu asik dengan kesibukanku tanpa memikirkan perasaan kalian yang senantiasa mengharap dan merindukan kabar dari kami, anak-anakmu..
Jika dihitung dengan jari tangan sekalipun, maka jari tanganku terlalu banyak untuk menghitung berapa kali dalam sebulan aku menyapa dan menanyakan kabar kalian.
Sedangkan kasih sayang yang telah ayah dan ibu tak dapat terhitung banyaknya.

Suatu hari aku mulai berpikir betapa sulitnya kalian dahulu -ketika aku masih kecil- mengatur waktu dan membagi kasih sayang kalian untuk ku dan untuk kakak-kakakku.
Kalian mungkin sangat amat kesulitan untuk berbagi kasih sayang yang adil terhadap anak-anak itu bagaimana.
Tapi ternyata kalian bisa dan berhasil melakukannya.
Walaupun dahulu tak jarang kami sering bertengkar hanya karena hal sepele.

Betapa meruginya aku selama ini yang jarang menanyakan kabar kalian, sedangkan kalian tetap berusaha memberikan kasih sayang kalian terhadap kami, anak-anakmu Yah,Bu.
Betapa kecewanya kalian ketika kami besar,dan kami jarang mengirimkan kabar keadaan kami yang selalu kalian tunggu setiap harinya.
Betapa sedihnya kalian yang selalu mengharapkan kata-kata sayang dari kami dan kami sering lupa melakukannya.
Berbeda dengan kalian yang tak pernah lupa memberikan kasih sayang kepada kami hingga sekarang.
Dan betapa terlukanya kalian, ketika kami terlalu asik dengan dunia kami sendiri sehingga kami mulai melupakan ungkapan Terimakasih kepada kalian setiap harinya.
Jika itu semua pun tidak terlupakan oleh kami, maka pengorbananmu tetap tidak dapat terbalaskan oleh kami.
Lantas, ketika kami melupakan untuk melakukan itu semua kepadamu, maka sesungguhnya tanpa kami sadari kami telah melakukan hal yang sangat sangat merugi.

Kalian adalah Bukti nyata dari Cinta Kasih itu.
Jika kelak anakku bertanya,”Ibu, bagaimana wujud dari Cinta Kasih itu?”
Maka aku akan menjawab, “Kakek dan nenek mu lah buktinya.”
Thanks For Everything.
Maafkan aku yang baru belajar agar senantiasa ingat untuk menyapa dan menanyakan kabar kalian dari jauh sini..

Untuk Ayah dan Ibu
Doamu tak pernah putus terucap
Usahamu seakan tak pernah berucap lelah
walaupun kerap kali kau menangis dihadapanNya karena tingkahku.
Keringatmu yang mulai mengering untuk menghidupiku, engkau abaikan begitu saja.
Tulangmu yang mulai rapuh menahan letihnya kerja kerasmu hingga sekarang, kau anggap hanya sebatas kewajaran biasa.
Kau sadar bahwa aku sudah mandiri, tapi kau tetap mengkhawatirkanku
Kau mengerti aku sudah dapat beradaptasi disini, tapi kau selalu memanjakanku
Hingga suatu saat nanti…
Saat kau tahu bahwa aku sudah harus lepas darimu, tapi kau tetap saja diam-diam menyayangiku.
Terimakasih Ayah
Terimakasih Ibu
Bandung, Jawa Barat. Saturday, June 16, 2012