Kamis, 18 April 2013


HANYA INGIN MENULIS

Hujan seharian membuatku terjebak dalam lembabnya dinding kamar.
keadaan semakin hari semakin menjadi guru yg tengah mengajarkan tentang kesabaran, keikhlasan dan pengorbanan. Namun hanya itu pula yg bisa membuat ku terus mengenggam kuat keinginan untuk segera melihat dunia luar yg lebih luas, ya disana. ditempat 5 tahun lalu yang aku planning kan bersama seragam putih abu abu ku.
jika 4 tahun sblmnya aku berani mewujudkan setengah mimpi ku dgn keluar dari hangatnya rumah sederhana kami. Hari ini aku mengingat segenggam mimpi ditanganku 5 tahun yg lalu, tentang suatu tempat yg aku tulis kecil didinding kamarku namun memiliki kekuatan besar.
tulisan yg sering ku baca setiap malam saat aku mau tidur, sebelum membaca doa.
Berharap mimpi malam-malam ku dapat mengantarkan jiwa ini kesana barang sejenak saja.
tempat yang jauh dari pandangan ini, namun sangat rapat dengan diri dan keinginan.
ahhh, rasanya diri ini terlalu kecil untuk menggapainya. namun bukan tak mungkin.
akhirnya hari ini ku putuskan untuk membaca dan hibernasi dikamar yg telah menjadi tempat semua cerita panjangku, tempat semangat ku, tempat kegigihanku, keletihan, serta airmata kala merindukan hangatnya rumah sederhana kami dan segala problem yg tak dapat ku putuskan sendiri.
Semoga ini akan dapat menjadi waktu yg benar-benar relaks setelah hampir dua pekan disibukkan dengan exam dan berbagai macam ragam activity yang cukup menyita waktu, pikiran dan tenaga.

-Tulisan si Kecil-

Yahoo! Messenger,how are you? (Part I)

Aahh,, ingin ku bertanya kabarnya sekarang. Namun sepertinya tak mungkin. Jika ku hitung, sudah hampir 5 tahun sejak awal kami bertukar identitas di sebuah media social. Namanya muncul menyapa di layar computer ku dan aku pun membalas sapa nya. Dari situ dimulailah pertemanan kami hingga sekarang. Kami dipisahkan oleh selat sunda dan jarak yang cukup jauh. Namun, ntah apa yang membuatku bisa betah berlama-lama berbicara dengannya. Mungkin karena dia memang orang yang easy going menjadi alasanku untuk leluasa berbagi cerita dengannya. Selain itu, perbedaan usia kami hanya 6 bulan yang menyebabkan mindset untuk menemukan jalan keluar pada suatu problem tak jauh berbeda, sehingga aku merasa memiliki teman logika yang dapat mengerti aku. Berbeda dengan orang-orang lain yang ada didalam list Yahoo Messenger ku. Sejak itu, dia menjadi orang yang selalu ku tunggu tiap kali ku buka YM! dulu. Walaupun aku sudah sengaja ke warnet di waktu weekend untuk melatih conversation ku dengan foreign di dunia maya, sambil berharap dia ada disana. Tapi namanya tetap saja jarang muncul. beberapa kali aku mengirimkan sebuah message “hei, kabari aku kalau kau sedang online” saat dia offline dan aku sedang berada di warnet. Terkadang lama sekali dia membalas message ku. Bisa sampai berminggu-minggu. Itu karena memang waktu yang dimilikinya untuk keluar boarding tidaklah banyak. Hingga aku lulus dari seragam putih abu-abu, kami tetap terus berkomunikasi. Selama beberapa hari sebelum aku melaksanakan Ujian Nasional, dia tampak hadir di list  ku. Beberapa kali aku menceritakan kekhawatiranku padanya, dan dia lagi-lagi berhasil menenangkanku dengan gaya santainya. Sampai pada waktu itu tiba, saat aku memutuskan mengikuti saran ibuku untuk menerima tawaran kuliah selama satu tahun di kota kembang. Dengan kekuatan mental yang kurasa belum terkumpul 100%, lagi-lagi dia berhasil membantuku untuk mensugesti hal positif. Huwaaaa… thank you mister :)
Bersambung ^^
Martabak Manis, Tri
Bukan hanya tentang perjuangan untuk mendapatkannya, tapi juga perjuangan untuk menghabiskannya. Setelah melewati jalan yang becek dan penuh kubangan, akhirnya aku tiba di suatu tempat yang sudah ku khayalkan sejak sore. Ku pesan satu porsi. Langsung saja si abang penjualnya membuatkan untukku. Beberapa saat kemudian lewat sebuah mobil tanpa perkiraan ada sebuah kubangan yang menganga lebar berisi air sisa hujan seharian. Aku yang tengah menunggu pesanan merasa sudah berada di posisi aman, namun tiba-tiba “ouch! Astaghfirullah” airnya mengenai sebagian pakaianku. Seketika aku mengutuk si pembawa mobil itu dan ngedumel dalam hati. Tapi akhirnya aku tersadar bahwa itu tidak baik. Tak lama kemudian pesananku siap. Aku membayar dengan selembar uang Sultan Mahmud Badaruddin II dan Pangeran Antasari. Lalu si abang penjual memberiku selembar uang Kapitan Pattimura. Bergegas aku kembali menuju kosanku yang tak jauh dari tempat itu. Berjalan sambil menikmati tiris nya malam, tak terasa sudah tiba didepan sebuah bangunan berlantai 3. Dengan menjinjing alas kaki, ku tapaki satu per satu anak tangga hingga menuju lantai tertinggi bangunan itu. Ku buka pintu sambil mengucap Basmallah serta salam. Langsung ku tutup pintu dan menuju kamar mandi untuk membersihkan kaki serta alas kaki yang kotor terkena beceknya jalanan, setelah itu ku cuci tangan dan tak sabar aku duduk menikmatinya. Hah… rasanya tak mudah menghabiskan seporsi sendiri tanpa tri.
Ya, tri adalah orang yang sudah kukenal hampir 3 tahun. Selama hampir 2 tahun aku dan tri menempati bangunan yang sama selama menimba ilmu disini. Orang yang sudah kuanggap layaknya saudara sendiri ini, selalu menjadi korban masakanku yang tergolong amatiran. Kami juga sering menghabiskan waktu bersama dikamar tidurku. Biasanya kami menghabiskan waktu bersama untuk makan malam diluar, menonton tv, belajar bersama, bahkan kami pernah menghabiskan waktu hingga pukul 3 pagi hanya untuk saling bertukar cerita, seperti layaknya saudara, kami juga saling mengingatkan. Tri yang selalu terlihat lahap setiap kali menikmatinya, tak tampak berada disebelahku. Bukan tanpa sebab, tetapi tri memang sedang menghabiskan waktu pekan liburan pasca midtest di Lampung, tempat yang sangat ingin dikunjunginya sejak akhir tahun lalu. Padahal baru semalam kami menghabiskan waktu bersama untuk mendengarkan record materi last midtest tapi aku sudah merasa kehilangannya ketika menikmati ini tanpa tri. Ya memang sangat terasa perbedaannya ketika menikmati ini tanpa mendengar kebawelan dan tawa nya.
Gerimis Malam
Dayeuh Kolot, 18 April 2013