Martabak Manis, Tri
Bukan
hanya tentang perjuangan untuk mendapatkannya, tapi juga perjuangan untuk
menghabiskannya. Setelah melewati jalan yang becek dan penuh kubangan, akhirnya
aku tiba di suatu tempat yang sudah ku khayalkan sejak sore. Ku pesan satu
porsi. Langsung saja si abang penjualnya membuatkan untukku. Beberapa saat
kemudian lewat sebuah mobil tanpa perkiraan ada sebuah kubangan yang menganga
lebar berisi air sisa hujan seharian. Aku yang tengah menunggu pesanan merasa
sudah berada di posisi aman, namun tiba-tiba “ouch! Astaghfirullah” airnya
mengenai sebagian pakaianku. Seketika aku mengutuk si pembawa mobil itu dan
ngedumel dalam hati. Tapi akhirnya aku tersadar bahwa itu tidak baik. Tak lama
kemudian pesananku siap. Aku membayar dengan selembar uang Sultan Mahmud Badaruddin
II dan Pangeran Antasari. Lalu si abang penjual memberiku selembar uang Kapitan
Pattimura. Bergegas aku kembali menuju kosanku yang tak jauh dari tempat itu. Berjalan
sambil menikmati tiris nya malam, tak
terasa sudah tiba didepan sebuah bangunan berlantai 3. Dengan menjinjing alas
kaki, ku tapaki satu per satu anak tangga hingga menuju lantai tertinggi
bangunan itu. Ku buka pintu sambil mengucap Basmallah serta salam. Langsung ku
tutup pintu dan menuju kamar mandi untuk membersihkan kaki serta alas kaki yang
kotor terkena beceknya jalanan, setelah itu ku cuci tangan dan tak sabar aku
duduk menikmatinya. Hah… rasanya tak mudah menghabiskan seporsi sendiri tanpa
tri.
Ya,
tri adalah orang yang sudah kukenal hampir 3 tahun. Selama hampir 2 tahun aku
dan tri menempati bangunan yang sama selama menimba ilmu disini. Orang yang
sudah kuanggap layaknya saudara sendiri ini, selalu menjadi korban masakanku
yang tergolong amatiran. Kami juga sering menghabiskan waktu bersama dikamar
tidurku. Biasanya kami menghabiskan waktu bersama untuk makan malam diluar,
menonton tv, belajar bersama, bahkan kami pernah menghabiskan waktu hingga
pukul 3 pagi hanya untuk saling bertukar cerita, seperti layaknya saudara, kami
juga saling mengingatkan. Tri yang selalu terlihat lahap setiap kali menikmatinya,
tak tampak berada disebelahku. Bukan tanpa sebab, tetapi tri memang sedang
menghabiskan waktu pekan liburan pasca midtest
di Lampung, tempat yang sangat ingin dikunjunginya sejak akhir tahun lalu. Padahal
baru semalam kami menghabiskan waktu bersama untuk mendengarkan record materi last midtest tapi aku sudah merasa
kehilangannya ketika menikmati ini tanpa tri. Ya memang sangat terasa
perbedaannya ketika menikmati ini tanpa mendengar kebawelan dan tawa nya.
Gerimis
Malam
Dayeuh
Kolot, 18 April 2013
0 komentar:
Posting Komentar