Kamis, 18 April 2013

Martabak Manis, Tri
Bukan hanya tentang perjuangan untuk mendapatkannya, tapi juga perjuangan untuk menghabiskannya. Setelah melewati jalan yang becek dan penuh kubangan, akhirnya aku tiba di suatu tempat yang sudah ku khayalkan sejak sore. Ku pesan satu porsi. Langsung saja si abang penjualnya membuatkan untukku. Beberapa saat kemudian lewat sebuah mobil tanpa perkiraan ada sebuah kubangan yang menganga lebar berisi air sisa hujan seharian. Aku yang tengah menunggu pesanan merasa sudah berada di posisi aman, namun tiba-tiba “ouch! Astaghfirullah” airnya mengenai sebagian pakaianku. Seketika aku mengutuk si pembawa mobil itu dan ngedumel dalam hati. Tapi akhirnya aku tersadar bahwa itu tidak baik. Tak lama kemudian pesananku siap. Aku membayar dengan selembar uang Sultan Mahmud Badaruddin II dan Pangeran Antasari. Lalu si abang penjual memberiku selembar uang Kapitan Pattimura. Bergegas aku kembali menuju kosanku yang tak jauh dari tempat itu. Berjalan sambil menikmati tiris nya malam, tak terasa sudah tiba didepan sebuah bangunan berlantai 3. Dengan menjinjing alas kaki, ku tapaki satu per satu anak tangga hingga menuju lantai tertinggi bangunan itu. Ku buka pintu sambil mengucap Basmallah serta salam. Langsung ku tutup pintu dan menuju kamar mandi untuk membersihkan kaki serta alas kaki yang kotor terkena beceknya jalanan, setelah itu ku cuci tangan dan tak sabar aku duduk menikmatinya. Hah… rasanya tak mudah menghabiskan seporsi sendiri tanpa tri.
Ya, tri adalah orang yang sudah kukenal hampir 3 tahun. Selama hampir 2 tahun aku dan tri menempati bangunan yang sama selama menimba ilmu disini. Orang yang sudah kuanggap layaknya saudara sendiri ini, selalu menjadi korban masakanku yang tergolong amatiran. Kami juga sering menghabiskan waktu bersama dikamar tidurku. Biasanya kami menghabiskan waktu bersama untuk makan malam diluar, menonton tv, belajar bersama, bahkan kami pernah menghabiskan waktu hingga pukul 3 pagi hanya untuk saling bertukar cerita, seperti layaknya saudara, kami juga saling mengingatkan. Tri yang selalu terlihat lahap setiap kali menikmatinya, tak tampak berada disebelahku. Bukan tanpa sebab, tetapi tri memang sedang menghabiskan waktu pekan liburan pasca midtest di Lampung, tempat yang sangat ingin dikunjunginya sejak akhir tahun lalu. Padahal baru semalam kami menghabiskan waktu bersama untuk mendengarkan record materi last midtest tapi aku sudah merasa kehilangannya ketika menikmati ini tanpa tri. Ya memang sangat terasa perbedaannya ketika menikmati ini tanpa mendengar kebawelan dan tawa nya.
Gerimis Malam
Dayeuh Kolot, 18 April 2013

0 komentar:

Posting Komentar