Sabtu, 02 November 2013

REFLEKSI DIRI

Di saat-saat tertentu terkadang kita memang perlu diam ditempat sejenak atau bahkan mundur beberapa langkah untuk bisa mencapai tujuan.
Dengan begitu, kita tidak cuma bisa menjadi pemenang tapi juga bisa bermanfaat untuk orang lain.
untuk apa jadi pemenang tapi kemenanganmu cuma jadi duka untuk orang banyak dan pada kenyataannya malah mendzolimin. *liat cermin*

Cobalah untuk lebih sering menggunakan telinga daripada mulut dan otot leher.
Allah itu nyiptain dua telinga dan satu mulut, (mungkin) salah satu tujuannya agar kita mau lebih banyak mendengarkan (pendapat orang lain) daripada (ngotot) berbicara mengutarakan (keegoisan) pendapat kita sendiri. bukan Allah ga punya maksud apa-apa. kitanya aja yang kadang ga ngeh atau lupa sama fungsi anggota tubuh kita yang posisinya itu sangat dekat dengan kita.

ga rugi ko dengerin pendapat orang lain. malah ilmu kita semakin bertambah. pengetahuan kita semakin luas.
dan kalo mau didenger itu , ya harus mau ngedengerin dulu.
ga ada istilah , "pasti dia mau dengerin aku, walaupun aku ga pernah dengerin setiap dia berpendapat."
jika itu terjadi, bisa dapat dipastikan, orang tersebut merasa kesal dan ngedumel dalam hati ketika ngedengerin kita berpendapat / berbicara. Atau bahkan saat orang lain menyebut nama kita, orang tersebut merasa eneg!
Efeknya dahsyat!

Ingat, hidup ga sendiri.
ada orang lain loh di sekitar kita yang punya ego yang sama dengan kita, yaitu ingin pendapatnya didengarkan.
Bisa aja kan, orang yang baru saja kita dengarkan pendapatnya itu menjadi satu-satunya orang mau mengurusi jenazah kita saat kita wafat, karena dia sudah merasa dihargai dengan mau nya kita dengerin pendapatnya dia .
dan ternyata ga ada orang lain lagi yang mau ngurusin jenazah kita karena ego nya kita yang ga pernah mau dengerin pendapat orang-orang lain sebelumnya.

Jadi, mari sama-sama belajar menghargai. bukan mengedepankan emosi dan keegoisan.
emosi dan keegoisan itu cuma intermezzo aja, biar hidup ini ga flat.
tapi kalo kebanyakan intermezzo nya kan ga enak juga...
sama kaya lagi nonton tv, kalo kebanyakan iklan, lama-lama jadi ga asik! :D

-belajar dari hal (si) kecil- 031113
Ohhh,, ini alasannyaaaaa....
Hari ini aku berniat "mengaburkan diri" pasca UTS ketempat yang jauh dari segudang aktivitasku. ku niatkan untuk memperbaiki silaturahmi bersama orang-orang yang ingin sekali aku temui. karena aku berpikir mungkin kesulitan-kesulitan yang ku hadapi selama ini karena kurangnya aku berkunjung ke orang-orang, melakukan perjalanan jauh yang membuat diri ini sadar akan makna hidup, berinteraksi dengan orang asing, ya orang baru. Awalnya aku memilih kota Sidoarjo, karena ku pikir disana aku punya sodara yang bisa aku jadikan tempat berteduh dari hujan dan panas serta angin kencang. setidaknya ketika mau makan, makanan udah tersedia. pengen makan ini, bisa dengan gampang disajikan secara sederhana namun penuh makna. Lebih kepada kangen dilayani sih sepertinya. mungkin lebih tepatnya kangen suasana rumah sederhana yang menyejukkan jiwa, tempat berbagi cerita , canda tawa kepada ayah ibu. Tapi melihat waktu yang aku miliki tak cukup banyak untuk berlibur , walaupun hari liburnya bisa aja aku buat seminggu, tapi aku teringat pada tanggung jawabku pada orang-orang yang lebih banyak lagi yang telah mempercayaiku pada suatu amanah mulia, menurutku. jadi terlalu Egois rasanya jika waktu libur hanya untuk memanjakan diri sendiri dibalik kesulitan orang lain. yang langsung terbayang oleh ku pada saat itu adalah wajah adik-adik , calon kaka baru, para petinggi, kaka divisi dan departemen beserta orang yang sudah aku anggap sebagai sodara seperjuanganku dalam jalan "dakwah". Akhirnya setelah mempertimbangkan segala hal dan bertatap muka dengan sang kaka, aku memutuskan untuk menggunakan dua hari saja waktu untuk memberikan hak psikis ini agar ter-upgrade kembali sehingga siap menerima berbagai cemoohan, kritik, ide, saran, pressure dan hal-hal lain yang tak terduga. Dengan begitu aku langsung mengganti destinasi liburan ke kota yang dekat dengan biaya yang cukup teratasi oleh kantong mahasiswi tapi masih tetap bisa aku dapatkan kebutuhan - kebutuhan psikisku, yaitu Solo dan Jogja. Pemantapan destinasi sudah langsung aku tujukan pada dua kota itu. dengan asumsi bahwa kota itu merupakan tempat yang nyaman untuk merileksasikan diri, ditambah dengan orang-orang yang sangat ingin aku kunjungi, sepertinya liburan ini bakal menjadi liburan asik sepanjang masa yang aku punya setelah pendakian ke semeru beberapa waktu lalu. sudah terbayangkan olehku , disana aku akan mendapat udara "segar" tanpa beban dan tuntutan harus begini begitu, suara orang yang dapat mengobati sedikit kerinduan, candaan yang membuatku bisa bebas melepas semua kepenatan, tawa yang bener-bener dari diri sendiri tanpa batasan yang membuatku tak bebas berekspresi, obrolan santai yang tak sekedar obrolan semata karena aku sekaligus dapat mengetahui keadaan teman-temanku yang lebih banyak lagi disana. Ya karena cuma ditempat itu aku bisa menemukan hal-hal yang bisa membawaku pada suasana kampung halaman, padahal itu bukanlah kampung halamanku... :') lebih tepatnya aku telah terjebak dengan orang-orang baik yang aku miliki disana. Terimakasih untuk "sodara-sodara" yang telah mendukung upgrading diri ini... nantikan aku kembali bersama kalian yaaaa :""") *Terharu punya "sodara" kaya kalian* *Speechless*


Bandung-Solo-Sragen-Jogja
Semua Punya Cerita
30-31 , Oktober 2013








keraton solo




kue lekker


keraton solo


selat solo



stasiun solo balapan. solo-jogja




 candi prambanan


Sabtu, 04 Mei 2013

Jembatan Ambruk!





Ambruknya jembatan diduga karena adanya kegiatan penambangan pasir yang berada tak jauh dari jembatan ini. Tambang pasir yang dimiliki orang pribadi ini menurut keterangan warga sekitar, sebenarnya tidak layak beroperasi karena jarak tambang pasir dengan jembatan tidak memenuhi syarat dan melanggar Undang-Undang. Sehingga merusak lingkungan hidup. Namun pada kenyataannya tidak ada larangan penambangan pasir dari pemerintah daerah dan sampai sekarang kegiatan penambangan pasir masih terus dilakukan hingga jembatan yang terletak di desa Janji Kecamatan Rantau Utara ini ambruk pada tanggal 8 Februari 2013. Sebelumnya, 7 bulan yang lalu tanah pada pinggiran jembatan sempat longsor. Oleh masyarakat sekitar secara swasembada menimbun memperbaikinya hingga jembatan dan jalur transportasi dapat dipergunakan kembali. Akan tetapi pengerukan yang terus dilakukan ini diduga yang menjadi salah satu penyebab ambruknya jembatan yang menghubungkan empat perkampungan yaitu kampung gunung muriya, aek torop, karya maju dan Pinang Lombang.
Ironisnya, jembatan putus ini akan mengakibatkan usaha perkebunan rakyat yang menjadi mata pencarian masyarakat sekitar menjadi terhambat. Karena salah satu jalan terdekat yang menghubungkan daerah perkebunan. rakyat dengan tempat penjualan hasil perkebunan yang mayoritas kelapa sawit atau biasa disebut RAM itu terputus. Putusnya jembatan tidak mengurangi semangat anak anak menuju ke sekolahnya. Walaupun jembatan yang biasanya mereka lalui ambruk dan cukup membahayakan keselamatan, mereka tetap melakukan perjalanan menuju sekolahnya walaupun harus ditempuh dengan berjalan kaki karena angkutan umum yang biasa mereka gunakan tidak dapat melewati jembatan tersebut. Semangat dan keceriaan masih tetap tampak di wajah murid maupun guru . Ironis memang, melihat keegoisan manusia khususnya orang-orang di senayan yang (mengaku) wakil rakyat itu sibuk memperkaya diri sendiri dan partai nya tanpa memperdulikan daerah-daerah yang kurang mendapat perhatian. Masyarakat berharap agar jembatan ini dapat segera diperbaiki. Agar perekonomian rakyat dapat kembali stabil dan anak-anak dapat kembali sekolah di Negeri Indonesia yang (katanya) sudah Merdeka tanpa harus mengkhawatirkan keselamatan mereka.




Oleh: Khairunnisa Idris

Rantauprapat, Jumat, 8 Februari 2013
Ditulis dari kisah nyata


 

Jembatan yang miring akibat tanah tempaat pondasi tergerus air karena ada penambangan pasir


terdapat lubang menganga yang memutus jalan  
Lokasi Penambangan Pasir yang tidak jauh dari jembatan ambruk


Kamis, 18 April 2013


HANYA INGIN MENULIS

Hujan seharian membuatku terjebak dalam lembabnya dinding kamar.
keadaan semakin hari semakin menjadi guru yg tengah mengajarkan tentang kesabaran, keikhlasan dan pengorbanan. Namun hanya itu pula yg bisa membuat ku terus mengenggam kuat keinginan untuk segera melihat dunia luar yg lebih luas, ya disana. ditempat 5 tahun lalu yang aku planning kan bersama seragam putih abu abu ku.
jika 4 tahun sblmnya aku berani mewujudkan setengah mimpi ku dgn keluar dari hangatnya rumah sederhana kami. Hari ini aku mengingat segenggam mimpi ditanganku 5 tahun yg lalu, tentang suatu tempat yg aku tulis kecil didinding kamarku namun memiliki kekuatan besar.
tulisan yg sering ku baca setiap malam saat aku mau tidur, sebelum membaca doa.
Berharap mimpi malam-malam ku dapat mengantarkan jiwa ini kesana barang sejenak saja.
tempat yang jauh dari pandangan ini, namun sangat rapat dengan diri dan keinginan.
ahhh, rasanya diri ini terlalu kecil untuk menggapainya. namun bukan tak mungkin.
akhirnya hari ini ku putuskan untuk membaca dan hibernasi dikamar yg telah menjadi tempat semua cerita panjangku, tempat semangat ku, tempat kegigihanku, keletihan, serta airmata kala merindukan hangatnya rumah sederhana kami dan segala problem yg tak dapat ku putuskan sendiri.
Semoga ini akan dapat menjadi waktu yg benar-benar relaks setelah hampir dua pekan disibukkan dengan exam dan berbagai macam ragam activity yang cukup menyita waktu, pikiran dan tenaga.

-Tulisan si Kecil-

Yahoo! Messenger,how are you? (Part I)

Aahh,, ingin ku bertanya kabarnya sekarang. Namun sepertinya tak mungkin. Jika ku hitung, sudah hampir 5 tahun sejak awal kami bertukar identitas di sebuah media social. Namanya muncul menyapa di layar computer ku dan aku pun membalas sapa nya. Dari situ dimulailah pertemanan kami hingga sekarang. Kami dipisahkan oleh selat sunda dan jarak yang cukup jauh. Namun, ntah apa yang membuatku bisa betah berlama-lama berbicara dengannya. Mungkin karena dia memang orang yang easy going menjadi alasanku untuk leluasa berbagi cerita dengannya. Selain itu, perbedaan usia kami hanya 6 bulan yang menyebabkan mindset untuk menemukan jalan keluar pada suatu problem tak jauh berbeda, sehingga aku merasa memiliki teman logika yang dapat mengerti aku. Berbeda dengan orang-orang lain yang ada didalam list Yahoo Messenger ku. Sejak itu, dia menjadi orang yang selalu ku tunggu tiap kali ku buka YM! dulu. Walaupun aku sudah sengaja ke warnet di waktu weekend untuk melatih conversation ku dengan foreign di dunia maya, sambil berharap dia ada disana. Tapi namanya tetap saja jarang muncul. beberapa kali aku mengirimkan sebuah message “hei, kabari aku kalau kau sedang online” saat dia offline dan aku sedang berada di warnet. Terkadang lama sekali dia membalas message ku. Bisa sampai berminggu-minggu. Itu karena memang waktu yang dimilikinya untuk keluar boarding tidaklah banyak. Hingga aku lulus dari seragam putih abu-abu, kami tetap terus berkomunikasi. Selama beberapa hari sebelum aku melaksanakan Ujian Nasional, dia tampak hadir di list  ku. Beberapa kali aku menceritakan kekhawatiranku padanya, dan dia lagi-lagi berhasil menenangkanku dengan gaya santainya. Sampai pada waktu itu tiba, saat aku memutuskan mengikuti saran ibuku untuk menerima tawaran kuliah selama satu tahun di kota kembang. Dengan kekuatan mental yang kurasa belum terkumpul 100%, lagi-lagi dia berhasil membantuku untuk mensugesti hal positif. Huwaaaa… thank you mister :)
Bersambung ^^
Martabak Manis, Tri
Bukan hanya tentang perjuangan untuk mendapatkannya, tapi juga perjuangan untuk menghabiskannya. Setelah melewati jalan yang becek dan penuh kubangan, akhirnya aku tiba di suatu tempat yang sudah ku khayalkan sejak sore. Ku pesan satu porsi. Langsung saja si abang penjualnya membuatkan untukku. Beberapa saat kemudian lewat sebuah mobil tanpa perkiraan ada sebuah kubangan yang menganga lebar berisi air sisa hujan seharian. Aku yang tengah menunggu pesanan merasa sudah berada di posisi aman, namun tiba-tiba “ouch! Astaghfirullah” airnya mengenai sebagian pakaianku. Seketika aku mengutuk si pembawa mobil itu dan ngedumel dalam hati. Tapi akhirnya aku tersadar bahwa itu tidak baik. Tak lama kemudian pesananku siap. Aku membayar dengan selembar uang Sultan Mahmud Badaruddin II dan Pangeran Antasari. Lalu si abang penjual memberiku selembar uang Kapitan Pattimura. Bergegas aku kembali menuju kosanku yang tak jauh dari tempat itu. Berjalan sambil menikmati tiris nya malam, tak terasa sudah tiba didepan sebuah bangunan berlantai 3. Dengan menjinjing alas kaki, ku tapaki satu per satu anak tangga hingga menuju lantai tertinggi bangunan itu. Ku buka pintu sambil mengucap Basmallah serta salam. Langsung ku tutup pintu dan menuju kamar mandi untuk membersihkan kaki serta alas kaki yang kotor terkena beceknya jalanan, setelah itu ku cuci tangan dan tak sabar aku duduk menikmatinya. Hah… rasanya tak mudah menghabiskan seporsi sendiri tanpa tri.
Ya, tri adalah orang yang sudah kukenal hampir 3 tahun. Selama hampir 2 tahun aku dan tri menempati bangunan yang sama selama menimba ilmu disini. Orang yang sudah kuanggap layaknya saudara sendiri ini, selalu menjadi korban masakanku yang tergolong amatiran. Kami juga sering menghabiskan waktu bersama dikamar tidurku. Biasanya kami menghabiskan waktu bersama untuk makan malam diluar, menonton tv, belajar bersama, bahkan kami pernah menghabiskan waktu hingga pukul 3 pagi hanya untuk saling bertukar cerita, seperti layaknya saudara, kami juga saling mengingatkan. Tri yang selalu terlihat lahap setiap kali menikmatinya, tak tampak berada disebelahku. Bukan tanpa sebab, tetapi tri memang sedang menghabiskan waktu pekan liburan pasca midtest di Lampung, tempat yang sangat ingin dikunjunginya sejak akhir tahun lalu. Padahal baru semalam kami menghabiskan waktu bersama untuk mendengarkan record materi last midtest tapi aku sudah merasa kehilangannya ketika menikmati ini tanpa tri. Ya memang sangat terasa perbedaannya ketika menikmati ini tanpa mendengar kebawelan dan tawa nya.
Gerimis Malam
Dayeuh Kolot, 18 April 2013

Selasa, 26 Maret 2013

On My Mind


Hah, Sejak blog ini dibuat, belum pernah sekalipun nge-publish sejarah perjuangan (diri sendiri).
Okeiii,, perkenalkan saya Khairunnisa Idris. I’m a ordinary girl. Tidak ada yang istimewa dari diri saya.
Physicly , Alhamdulillah sempurna. Punya 2 mata untuk melihat keindahan, 1 mulut, 2 lubang hidung, 2 telinga untuk mendengar, 2 tangan dengan jari masing-masing 5, punya 2 kaki untuk berpijak dan menapak Nikmat Allah dan masih banyak kesempurnaan yang Allah berikan kepada saya.
Saya adalah perempuan yang suka olahraga tenis meja. Yaaa walaupun ga expert, But Not Bad lah :D
Masak? Alhamdulillah baru bisa masak air, nasi, telur, mie instan, nasi goreng, sandwich, sayur bening, sop, semur, sambel, tumis menumis, pasta, dan gorengan. Just that.. Hahahaha :D malu-maluin yah?
Saya manusia yang sangat sangat biasa, berasal dari keluarga sederhana yang sangat menyayangi saya. Sejak lahir tinggal di Pulau Sumatera, tapi Ayah dan Ibu saya asli keturunan Jawa. Dari TK saya mengenyam pendidikan di Sumatera Utara. Tak pernah sekalipun menghirup udara pulau Jawa. Namun suatu ketika, Nasib mengharuskan saya untuk berlayar ke Pulau Sejuta keanekaragaman ini. Bersyukur sekali memiliki orang tua yang tidak membatasi keinginan anaknya. Ayah yang sangat demokratis masalah pendidikan, memberikan saya kesempatan untuk belajar banyak ditempat lain. Tempat yang jaraknya bermil-mil dari rumah. Sedangkan Ibu adalah malaikat terbaik yang dikirimkan Tuhan ditengah-tengah keluarga sederhana kami, Ibu yang selalu mendukung dan memberikan kehangatan disaat perdebatan hati untuk memutuskan sesuatu mulai membeku. Harus bertahan hidup di tempat yang jauh berbeda dengan daerah kelahiranku. Tempat yang terkenal dengan keindahan alamnya, orang-orang yang sedap dipandang mata, tata kota yang tak pernah ku temui di daerahku, kemacetan yang tak pernah terjadi sekalipun di daerahku, dan banyak hal-hal baru yang ku temui di “tempat asing” ini. Bandung, kota yang terkenal dengan julukan kota kembang ketika aku pelajari di bangku SD. Tapi saat tiba di kota ini, belum pernah ku temui tempat yang benar-benar menunjukkan ke-kota-kembang-an-nya seperti yang ada dalam imajinasiku dulu. Hahaha..
M
erasakan beratnya tahun pertama hidup jauh dari orang tua. Kebiasaan pamit sebelum bepergian keluar rumah kepada orangtua harus ku hilangkan disini. Tak ada orangtua, tak ada makanan yang selalu tersedia saat mau makan, tak ada kendaraan pribadi, tak ada mesin cuci, tak ada keramaian rumahku, yang jelas tak ada kehangatan seperti yang kurasakan dirumah. Semua aku kerjakan sendiri. Mau pergi, ya pergi saja. Siapa yang peduli. Tetangga satu kosanku yang jarang ada membuat ku benar-benar menjalani semuanya sendiri. Mau pergi kesana kemari, tak ada sepeda motor yang biasanya bisa langsung ku kendarai disini. Disini aku harus sabar menunggu angkutan kota melintas untuk membawa ku menikmati luasnya kota kembang ini.
Dari setengah perjalanan berlayar yang masih ku lalui ke seberang pulau, sudah sangat banyak nilai-nilai kehidupan yang tak mungkin kudapatkan jika aku hanya terus berdiam diri di kampungku. Rasanya semua kesulitan menjalani hari disini hilang. Ya, itu karena experience dan hal-hal positip lain yang kudapatkan disini telah mengalahkan kesulitan-kesulitan yang menghalangiku mengeksplor banyak hal disini.
Horizontal Scroll: Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampong halaman. Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang. Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan. Berlelah lelahlah, manisnya hidup akan terasa setelah lelah berjuang (Imam Syafi’i) 




Didalam Novel Negeri 5 Menara yang kubaca beberapa tahun silam, tertulis:
Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman.
Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang.
Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan.
Berlelah lelahlah, manisnya hidup akan terasa setelah lelah berjuang
Aku melihat air menjadi rusak karena diamnya yang tertahan
Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak ia akan keruh dan menggenang
Singa jika tak meninggalkan sarangnya tak akan  mendapat mangsa
Anak panah jika tidak dilepaskan dari busurnya tak akan kena sasarannya
Jika matahari di orbitnya tidak bergerak dan terus diam
Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandangnya
Biji emas bagaikan tanah biasa tak berguna sebelum digali dari tambangnya
Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika ia masih dalam hutan tak diolah
(Imam Syafi’i)
Dari kalimat tersebut, bisa saya simpulkan bahwa Manusia memang harus terus bergerak untuk tetap bertahan hidup. Di dalam Al-Qur’an jelas Allah berfirman “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sebelum kaum itu sendiri yang mengubah apa-apa yang pada diri mereka” QS.13:11. Hmm.. kurang apa lagi coba? Itu Allah langsung loh yang bilang. Didukung pula dari teori seorang ilmuwan, “Seperti sepeda, agar tetap seimbang ia harus terus bergerak” –Einstein-- Dan jangan pernah khawatirkan masalah rezeki, karena Sesungguhnya Allah membuka banyak pintu rezeki, dan Dia akan memberi dari tempat yang tidak disangka-sangka.
Perjalanan berlayarku masih panjang, ya masih sangat panjang.. destinasi pun belum terlihat, tapi aku yakin bahwa layarku yang berkembang sekarang sedang mengarah pada destinasi yang benar. Navigasi sekarang sedang bekerja. Hanya jalur yang aku lalui mungkin tak semudah dari yang lain. Badai yang sering terjadi mengajarkan bagaimana cara bertahan hidup ditengah keterbatasan yang ada.
And last, Inti dari pelayaran ini selalu menjadi alarm untuk terus dan terus selalu Bersyukur… J

Senin, 18 Maret 2013

(other) Papandayan Mount Part I

Papandayan..
Gunung Pertama yang ku daki. 
Bersama dengan 17 "Keluarga Baruku", kakak-kakak PAS ITB.
Baru 1,5 Tahun ini aku mengenal "mereka". Tapi terasa seperti sudah bertahun-tahun lamanya.
Wajah-wajah yang tak lagi asing bagiku, diantaranya Kak Rifqy, Kak Nurmansyah, Kak Ayam, Kak Aufa, Kak Sandy, Kak Rendy, Kak Bubu (bukan pacar Syahrini), Kak Silmi, Kak Zahroh, Kak Oom, Kak Adel, Kak Yana, Kak Ipeh, Kak Fahmi (kakak putri bobotoh), Kak Risha, Kak Asty, Kak Mila (Neng Mila, Mojang Purwakarta) menemani perjalanan malam itu menuju Garut, Jawa Barat.
Aku menikmati perjalanan setiap tapaknya.
Sepanjang perjalanan kami ditemani keindahan gunung Cikuray yang sangat jelas tampak. 
Keindahan yang tak akan ku dapatkan di tengah kota.
Perjalanan alam selalu mengingatkanku pada Ayah.
Sesosok ciptaan Tuhan yang selalu mengajarkan kami bagaimana kehidupan itu.
Ayah selalu mengajak kami pergi berladang.
Melewati jalan yang tak mulus, mengajarkan bahwa hidup ini memang tidaklah mudah.
Berusaha untuk tetap seimbang diatas motor, menjelaskan tentang menjaga keseimbangan bertahan hidup.
Belajar memilah milih jalan yang harus dilalui, menegaskan agar tidak salah dalam mengambil keputusan hidup.
Dan semua itu ada konsekuensinya.
Berhitung , Estimasi, bahkan Logika pun bisa kami dapat dari perjalanan di Alam. 
ya,, Ayah yang mengajarkanku mengenal hutan, pepohonan, berladang, berkebun, memupuk, menunas, membuat tapak kuda, mengangkat hasil kebun dengan menggunakan angkong hingga menimbang hasil kebun yang tak ringan.
Ayah mengajarkan banyak nilai-nilai kehidupan.
Darinya juga aku tahu bahwa sesungguhnya kehidupan itu butuh Perencanaan dan Anggaran.
Tanpa kusadari, ternyata sudah sejak kecil, Ayah menanamkan banyak nilai-nilai kehidupan kepada kami.
Seolah-olah , Ayah memang sudah merencanakan apa-apa yang akan dia berikan untuk persiapan kami menjalani hidup.
Dari sulitnya kerja di ladang, tetapi sifat kekanak-kanakan masih tetap ada jika bersama Ayah.
Capek, Susah, Berkeluh kesah, Curhat, bahkan istirahat yang paling nikmat ya sambil menikmati perjalanan Alam.
Tak banyak yang bisa aku lakukan dari beratnya pekerjaan Ayah.
Aku ingat, sepanjang perjalanan, Ayah selalu bercerita bagaimana sulitnya dulu menuju kebun ini yang sekarang menjadi sumber kehidupan kami. Tapi Ayah bukanlah sosok yang mudah menyerah.
Hujan deras, jalanan licin, suara binatang hutan, dan jatuh dari motor bukanlah hal yang baru buat Ayah sekarang.
Bahkan suatu ketika Ayah pernah jatuh ke dalam jurang bersama motornya.
Dengan membawa perbekalan yang cukup berat untuk pekerja di ladang, Ayah berusaha bangkit dan keluar dari Jurang.
Beberapa saat setelah kejadian itu, ayah langsung memberi kabar kepada kami anak-anaknya satu per satu melalui via telpon bahwa dirinya selamat setelah mengalami kejadian itu. Alhamdulillah..
Bukan tidak besar rasa khawatir ku pada saat itu.
Setiap kali mengingat kejadian itu, aku merasa Allah sangat sayang kepada kami.
Dia selalu menjaga walaupun kita tak menjagaNya.
Memang Ayah tak pernah lupa membaca surat Al-Ikhlas sebagai doa tambahan yang biasa aku sebut "additional pray" setiap akan memulai perjalannya.
"melalui Do'a , Allah melindungi kita. Insya Allah. Jadi jangan lupa berdoa" ujar Ayah pada suatu perjalanan.
Ayah bukanlah seorang profesor atau lulusan pendidikan agama yang tinggi.
Tapi Ayah senantiasa mengajarkan yang menurutku amalan-amalan sederhana kepada kami.

Balik lagi ke Gunung Papandayan yang Subhanallah..
Malam itu, aku bersama "keluarga baruku" memulai perjalanan menuju Garut dengan menggunakan ELF. Semacam Mobil Karya Agung di Sumatera Utara. Bedanya, ELF ini sangat sadar keselamatan penumpangnya. jalannya tak se-ugal-ugal-an "Mobil Setan"*(red: sebutan ibuku) dan teman-temannya saat melintasi jalan depan rumah kami.
Tiba pukul 22.15 , ELF harus berhenti sampai disini. Ditempat pangkalan mobil "kol buntung" atau yang biasa ku sebut dengan mobil pick up. Dua mobil bak terbuka ini membawa kami menikmati dinginnya udara malam pegunungan Papandayan. Disambut sapa dari warga sekitar yang sepertinya baru pulang pengajian.
Jalanan tak segemerlap lampu kehidupan kota. Diterangi cahaya malam seadanya, perjalanan menuju Pos 1 sangat  Luar Biasa. Jalan berlubang, penuh goncangan, aku anggap sebagai latihan untukku menghadapi tanjakan Gunung Papandayan nantinya. Bau belerang yang menyengat merupakan "welcome smell" dari Alam. Sesampainya di Pos 1, menurutku itu tepat di kaki Gunung Papandayan. Udara semakin menusuk tulang. Kakak Putri masuk kedalam Saung yang tersedia. Selesai Sholat Isya berjamaah, Matras di buka diatas ranjang bambu dalam saung yang disediakan. Sedangkan kakak putra tidur diluar ditemani keindahan langit dan minuman hangat yang mereka buat seadanya. Masing-masing dari kami membuka sleeping bag untuk menghangatkan tidur malam itu hingga subuh membangunkan kami...